Dedikasinya di Daerah 3T: Menyeberang Sungai, Bangun Jembatan, dan Sebar Harapan Lewat Pendidikan
WARTASERUNDINGAN. COM – Di tengah keterbatasan akses dan sulitnya medan di daerah pedalaman, seorang guru asal Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) menjadi sorotan.
Ia adalah Koko Triantoro, sosok yang akrab disapa Pak Koko, yang kini mewakili Muratara dalam ajang Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Inspiratif Nasional 2025 kategori Tokoh Masyarakat Unsur Guru/Kepala Sekolah.
Pak Koko dikenal sebagai guru yang tak kenal lelah mengabdikan diri di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), terutama dalam perjuangannya membuka akses pendidikan di pelosok Muratara. Kisah perjuangannya yang tulus, penuh semangat, dan menyentuh hati ini menjadi inspirasi banyak orang.
Menyeberang Sungai Demi Ilmu
Dalam naskah refleksi yang ia tulis untuk ajang nasional tersebut, Pak Koko menceritakan pengalaman luar biasa selama bertugas di SD Negeri Embacang Lama, salah satu sekolah dasar di daerah terpencil yang belum memiliki jembatan gantung.
Setiap pagi, ia bersama murid-muridnya harus menyeberangi sungai menggunakan rakit bambu, menantang derasnya arus demi sampai ke sekolah.
“Musim hujan adalah ujian sebenarnya. Tapi kami tidak menyerah. Selama masih ada semangat belajar, kami akan terus berangkat, meski harus menyeberang sungai,” ungkapnya.
Kondisi sulit itu justru membakar tekad Pak Koko untuk mencari solusi. Ia mulai berkomunikasi dengan pemerintah daerah, komunitas sosial, hingga lembaga pendidikan untuk mengupayakan pembangunan jembatan gantung dan pengadaan perahu pendidikan agar akses menuju sekolah menjadi lebih aman.
“Awalnya banyak yang menganggap itu mustahil, tapi saya percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin kalau niatnya tulus,” ujarnya dengan senyum optimis.
Dari Satu Aksi Kecil, Menjadi Gerakan Nyata
Tak hanya mengajar di kelas, Pak Koko juga aktif menggerakkan program sosial dan pendidikan di berbagai pelosok Muratara.
Sejak tahun 2017 hingga Maret 2023, ia telah melaksanakan lebih dari 180 program sosial dan pendidikan, dengan total 153 jenis bantuan yang telah dirasakan masyarakat di berbagai kecamatan.
Program yang ia inisiasi mencakup bantuan alat tulis, sepatu siswa, air bersih, hingga paket sembako bagi warga dan anak-anak sekolah.
Salah satunya adalah penyaluran 100 paket sembako untuk siswa SD Embacang Lama serta dukungan sarana transportasi air untuk para guru di wilayah perairan.
“Bagi saya, setiap bantuan bukan sekadar angka, tapi bentuk kasih yang menumbuhkan semangat. Melihat anak-anak tersenyum saat menerima bantuan, itu sudah cukup membayar semua lelah,” ujar Pak Koko dengan mata berbinar.
Antara Lelah dan Bahagia
Dalam perjalanannya, Pak Koko tak menutupi bahwa perjuangan di pelosok sering kali melelahkan dan penuh ujian.
Medan berat, jarak jauh, hingga keterbatasan fasilitas kerap membuatnya nyaris putus asa. Namun setiap kali melihat semangat murid-muridnya, semua rasa lelah itu seketika hilang.
“Rasa capek itu sirna kalau lihat anak-anak masih datang ke sekolah meski hujan dan jalan becek. Mereka mengajarkan arti ketulusan kepada saya,” katanya haru.
Menurutnya, guru di daerah 3T bukan hanya pengajar, tapi juga penjaga harapan. Guru harus punya empati, daya juang, dan semangat sosial yang kuat agar bisa tetap berdiri di tengah segala keterbatasan.
Mulai Dikenal dan Didukung Banyak Pihak
Perjuangan Pak Koko kini mulai mendapat perhatian lebih luas. Rekan-rekan guru, relawan, hingga komunitas media turut membantu menyebarkan kisah inspiratifnya agar semakin banyak pihak yang tahu dan mendukung.
Dalam pesannya kepada para wartawan, ia dengan rendah hati menyampaikan: “Assalamualaikum teman-teman wartawan, dalam rangka Hari Guru saat ini saya sedang ikut seleksi Anugerah GTK perwakilan Muratara. Salah satu penilaiannya adalah jejak karya di Google. Mohon doa dan dukungan, semoga perjuangan kecil ini bisa menjadi inspirasi bagi guru-guru lain di seluruh Indonesia.”
Dukungan dari masyarakat terus mengalir. Banyak yang mengapresiasi langkah nyata Pak Koko yang tidak hanya fokus pada tugas mengajar, tetapi juga turut membangun akses, sarana, dan semangat pendidikan di wilayah terpencil.
Harapan untuk Pendidikan Indonesia
Ajang Anugerah GTK Inspiratif Nasional sendiri merupakan bentuk apresiasi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bagi guru dan tenaga kependidikan berprestasi yang berkontribusi nyata di lapangan.
Melalui ajang ini, diharapkan semakin banyak sosok seperti Pak Koko yang membawa semangat perubahan dari pelosok negeri.
Pak Koko berharap, perjuangannya bukan hanya untuk penghargaan, tetapi untuk membuka mata banyak pihak bahwa pendidikan di daerah terpencil juga layak diperjuangkan.
“Saya tidak mencari pujian, saya hanya ingin menunjukkan bahwa dari pelosok pun kita bisa berbuat sesuatu untuk bangsa. Pendidikan tidak hanya soal mengajar di kelas, tapi tentang keberanian untuk peduli,” pungkasnya. (Jadidi)